Pages

Banner 468 x 60px

 

Sabtu, 17 Januari 2015

PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN FISIK TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROORGANISME

1 komentar


I.              Tujuan : Mengetahui pengaruh faktor fisik atau lingkungan (konsentrasi gula dangaram) terhadap pertumbuhan mikroorganisme.
II.           Pendahuluan
Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran atau substansi atau masa zat suatu organisme, misalnya kita makhluk makro ini dikatakan tumbuh ketika bertambah tinggi, bertambah besar atau bertambah berat. Pada organisme bersel satu pertumbuhan lebih diartikan sebagai pertumbuhan koloni, yaitu pertambahan jumlah koloni, ukuran koloni yang semakin besar atau subtansi atau massa mikroba dalam koloni tersebut semakin banyak, pertumbuhan pada mikroba diartikan sebagai pertambahan jumlah sel mikroba itu sendiri. (Waluyo, 2005)
Dalam pertumbuhannya setiap makhluk hidup membutuhkan nutrisi yang mencukupi serta kondisi lingkungan yang mendukung demi proses pertumbuhan tersebut, termasuk juga bakteri. Pertumbuhan bakteri pada umumnya akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan.Aktifitas mikroorganisme umumnya sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, antara lain faktor fisik, misalnya suhu, pH, tekanan osmosis, kandungan oksigen, dan lain-lain. Faktor kimia, misalnya logam-logam beracun dan zat toksin. (Waluyo,2005)
Osmosis adalah difusi melintasi semipermiabel yang memisahkan dua macam larutan dengan konsentrasi solut yang berbeda. Proses ini cenderung untuk menyamakan konsentrasi solut pada kedua sisi membran tersebut. Pada sel hewan yang tidak mempunyai dinding yang kaku, dapat teramati penyusutan sel yang sesungguhnya sebagai akibat plasmolisis. Bakteri memiliki dinding sel yang kaku yang dapat mempertahankan perubahan tekanan osmosik, sehingga biasanya tidak menunjukkan perubahan bentuk ataupun ukuran yang menyolok bila terjadi plasmolisis atau plasmoptisis.(Pleczar dan Chan, 2007)
Oleh karena itu melalui percobaan ini agar praktikan dapat mengetahui pengaruh faktor fisik atau lingkungan (konsentrasi gula dan gula) terhadap pertumbuhan mikroorganisme dan menentukan pertumbuhan bakteri yang terbanyak serta yang lebih sedikit berdasarkan jumlah koloninya.


III.        Tinjauan Pustaka
Bakteri Escherichia coli, atau biasa disingkat E. coli, adalah salah satu jenis spesies utama bakteri gram negatif. Pada umumnya, bakteri yang ditemukan oleh Theodor Escherich ini dapat ditemukan dalam usus besar manusia. Kebanyakan E. Coli tidak berbahaya, tetapi beberapa, seperti E. Coli tipe O157:H7, dapat mengakibatkan keracunan makanan yang serius pada manusia yaitu diare berdarah karena eksotoksin yang dihasilkan bernama verotoksin.Toksin ini bekerja dengan cara menghilangkan satu basa adenin dari unit 28S rRNA, sehingga menghentikan sintesis protein.Sumber bakteri ini contohnya adalah daging yang belum masak, seperti daging hamburger yang belum matang. E. Coli yang tidak berbahaya dapat menguntungkan manusia dengan memproduksi vitamin K2, atau dengan mencegah bakteri lain di dalam usus.( Noviar, 2001)
Pertumbuhan adalah penambahan secara teratur semua komponen sel suatu jasad. Pembelahan sel adalah hasil dari pertumbuhan sel. Pada jasad bersel tunggal (uniseluler), pembelahan atau perbanyakan sel merupakan pertambahan jumlah individu. Misalnya pembelahan sel pada bakteri akan menghasilkan pertambahan jumlah sel bakteri itu sendiri. Pada jasad bersel banyak (multiseluler), pembelahan sel tidak menghasilkan pertambahan jumlah individunya, tetapi hanya merupakan pembentukan jaringan atau bertambah besar jasadnya. Dalam membahas pertumbuhan mikrobia harus dibedakan antara pertumbuhan masing- masing individu sel dan pertumbuhan kelompok sel atau pertumbuhan populasi (Suharjono, 2006).
Umumnya bakteri membutuhkan air (Avalaible Water) yang lebih banyak dari kapang dan ragi. Sebagian besar dari bakteri dapat tumbuh dengan baik pada aw mendekati 1,00. Ini berarti bakteri dapat tumbuh dengan baik dalam konsentrasi gula dan garam yang rendah kecuali bakteri – bakteri yang memiliki toleransi terhadap konsentrasi gula dan garam yang tinggi. Media untuk sebagian besar bakteri mengandung gula tidak lebih dari 1% dan garam tidak lebih dari 0,85% (larutan garam fisiologis). Konsentrasi gula 3% - 4% dan garam 1 – 2% dapat menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri (Waluyo, 2005)
Dalam pertumbuhannya setiap makhluk hidup membutuhkan nutrisi yang mencukupi serta kondisi lingkungan yang mendukung demi proses pertumbuhan tersebut, termasuk juga bakteri. Pertumbuhan bakteri pada umumnya akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Pengaruh faktor ini akan memberikan gambaran yang memperlihatkan peningkatan jumlah sel yang berbeda dan pada akhirnya memberikan gambaran pula terhadap kurva pertumbuhannya. (Waluyo, 2005)
Kehidupan mikroorganisme pada umumnya sangat tergantung pada faktor lingkungan. Faktor lingkungan itu meliputi faktor abiotik dan faktor biotik. Faktor abiotik adalah faktor luar seperti suhu, pH, tekanan osmose dan lain-lain. Sedangkan faktor biotik adalah dari mikroorganisme itu sendiri  (Natsir dan Djide,2006).
Diantara faktor-faktor yang diperlukan adalah :
1.    Cahaya
Cahaya sangat berpengaruh pada proses pertumbuhan bakteri. Umumnya cahaya merusak sel mikroorganisme yang tidak berklorofil. Sinar ultraviolet dapat menyebabkan terjadinya ionisasi komponen sel yang berakibat menghambat pertumbuhan atau menyebabkan kematian. Pengaruh cahaya terhadap bakteri dapat digunakan sebagai dasar sterilisasi atau pengawetan bahan makanan. Jika keadaan lingkungan tidak menguntungkan seperti suhu tinggi, kekeringan atau zat-zat kimia tertentu, beberapa spesies dari Bacillus yang aerob dan beberapa spesies dari Clostridium yang anaerob dapat mempertahankan diri dengan spora. Spora tersebut dibentuk dalam sel yang disebut endospora. Endospora dibentuk oleh penggumpalan protoplasma yang sedikit sekali mengandung air. Oleh karena itu endospora lebih tahan terhadap keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan dibandingkan dengan bakteri aktif. Apabila keadaan lingkungan membaik kembali, endospora dapat tumbuh menjadi satu sel bakteri biasa. Letak endospora di tengah-tengah sel bakteri atau pada salah satu ujungnya (Waluyo,2005)
2.    Temperatur
Pertumbuhan mikroba memerlukan kisaran suhu tertentu. Kisaran suhu pertumbuhan dibagi menjadi suhu minimum, suhu optimum, dan suhu maksimum. Suhu minimum adalah suhu terendah tetapi mikroba masih dapat hidup. Suhu optimum adalah suhu paling baik untuk pertumbuhan mikroba. Suhu maksimum adalah suhu tertinggi untuk kehidupan mikroba.(Waluyo,2005)
Pengaruh suhu pada pertumbuhan bakteri akan tampak jelas pada siklus pertumbuhannya. Terutama perpanjangan atau perpendekan fase adaptasinya tergantung pada tinggi rendahnya suhu. Suhu yang tinggi menyebabkan fase adaptasi menjadi lebih pendek sebaliknya suhu rendah akan menyebabkan fase adaptasi lebih panjang.  Selain itu suhu tinggi dapat mematikan bakteri sedangkan suhu rendah bersifat menghambat pertumbuhan saja. (Waluyo,2005)
Masing-masing mikrobia memerlukan temperatur tertentu untuk hidupnya. Temperatur pertumbuhan suatu mikrobia dapat dibedakan dalam temperatur minimum, optimum, dan maksimum. Berdasarkan temperatur pertumbuhannya mikrobia dapat dibedakan menjadi Psikhrofil, mesofil, dan termofil. (Suharni,2008)
Namun bakteri juga memiliki batasan suhu tertentu dia bisa tetap bertahan hidup, ada tiga jenis bakteri berdasarkan tingkat toleransinya terhadap suhu lingkungannya:
1.    Mikroorganisme psikrofil yaitu mikroorganisme yang suka hidup pada suhu yang dingin, dapat tumbuh paling baik pada suhu optimum dibawah 20oC.
2.    Mikroorganisme mesofil, yaitu mikroorganisme yang dapat hidup secara maksimal pada suhu yang sedang, mempunyai suhu optimum di antara 20oC sampai 50oC
3.    Mikroorganisme termofil, yaitu mikroorganisme yang tumbuh optimal atau suka pada suhu yang tinggi, mikroorganisme ini sering tumbuh pada suhu diatas 40oC, bakteri jenis ini dapat hidup di tempat-tempat yang panas bahkan di sumber-sumber mata air panas bakteri tipe ini dapat ditemukan, pada tahun 1967 di yellow stone park ditemukan bakteri yang hidup dalam sumber air panas bersuhu 93-94oC.
(Suharni,2005)
Daya tahan terhadap temperatur tiap spesies berbeda-beda. Dalam pertumbuhannya bakteri memiliki suhu optimum dimana pada suhu tersebut pertumbuhan bakteri menjadi maksimal. Dengan membuat grafik pertumbuhan suatu mikroorganisme, maka dapat dilihat bahwa suhu optimum biasanya dekat puncak range suhu. Di atas suhu ini kecepatan tumbuh mikroorganisme akan berkurang. diperlukan suatu metode. Metode pengukuran pertumbuhan yang sering digunakan adalah dengan menentukan jumlah sel yang hidup dengan jalan menghitung koloni pada pelat agar dan menentukan jumlah total sel atau jumlah massa sel. Selain itu dapat dilakukan dengan cara metode langsung dan metode tidak langsung. (Suharni,2005)
3.    pH
Mikroba umumnya menyukai pH netral (pH 7). Beberapa bakteri dapat hidup pada pH tinggi (medium alkalin). Contohnya adalah bakteri nitrat, rhizobia, actinomycetes, dan bakteri pengguna urea. Hanya beberapa bakteri yang bersifat toleran terhadap kemasaman, misalnya Lactobacilli, Acetobacter, dan Sarcina ventriculi. Bakteri yang bersifat asidofil misalnya Thiobacillus. Jamur umumnya dapat hidup pada kisaran pH rendah. Apabila mikroba ditanam pada media dengan pH 5 maka pertumbuhan didominasi oleh jamur, tetapi apabila pH media 8 maka pertumbuhan didominasi oleh bakteri.(Waluyo,2005)
Atas dasar daerah-daerah pH bagi kehidupan mikroorganisme dibedakan menjadi 3 golongan besar yaitu:
1.    Mikroorganisme yang asidofilik, yaitu jasad yang dapat tumbuh pada pH antara 2,0-5,0
2.    Mikroorganisme yang mesofilik (neutrofilik), yaitu jasad yang dapat tumbuh pada pH antara 5,5-8,0
3.    Mikroorganisme yang alkalifilik, yaitu jasad yang dapat tumbuh pada pH antara 8,4-9,5 Suhu, lingkungan, gas dan pH adalah faktor-faktor fisik utama yang harus dipertimbangkan di dalam penyediaan kondisi optimum bagi pertumbuhan kebanyakan spesies bakteri.
(Waluyo,2005)
4.    Daya Oligodinamik
Ion-ion logam berat pada kadar yang sangat rendah bersifat toksik terhadap mikrobia, karena ion-ion dapat bereaksi dengan bagian-bagian penting dalam sel. Daya bunuh logam-logam berat pada kadar yang sangat rendah ini disebut daya oligodinamik.(Suharni,2005)
5.    Kelembaban
Tiap jenis mikrobia membutuhkan kelembaban optimum tertentu untuk pertumbuhannya. Pada umumnya khamir dan bakteri memerlukan kelembaban yang tinggi, sedangkan jamur dan aktinomisetes memerlukan kelembaban yang rendah untuk pertumbuhannya.(Waluyo,2005)
Faktor kelembaban sangat memegang peranan pada pertumbuhan bakteri. Faktor kelembaban diakibatkan oleh besarnya aktivitas air (aw) karena besarnya kelembaban nilainya sama dengan 100 kali nilai aw bahan.  Besarnya kelembaban atau aktivitas air dikaitkan dengan besarnya kadar air bahan.(Noviar,2001)
6.    Listrik
Listrik dapat mengakibatkan terjadinya elektrolisis bahan penyusun medium pertumbuhan. Selain itu arus listrik dapat menghasilkan panas yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba. Sel mikroba dalam suspensi akan mengalami elektroforesis apabila dilalui arus listrik. Arus listrik tegangan tinggi yang melalui suatu cairan akan menyebabkan terjadinya shock karena tekanan hidrolik listrik. kematian mikroba akibat shock terutama disebabkan oleh oksidasi. Adanya radikal ion dari ionisasi radiasi dan terbentuknya ion logam dari elektroda juga menyebabkan kematian mikroba.(Noviar,2001)
7.    Radiasi
Radiasi menyebabkan ionisasi molekul-molekul di dalam protoplasma. Cahaya umumnya dapat merusak mikroba yang tidak mempunyai pigmen fotosintesis. Cahaya mempunyai pengaruh germisida, terutama cahaya bergelombang pendek dan bergelombang panjang. Pengaruh germisida dari sinar bergelombang panjangdisebabkan oleh panas yang ditimbulkannya, misalnya sinar inframerah. Sinar x (0,005-1,0 Ao ), sinar ultra violet (4000-2950 Ao ), dan sinar radiasi lain dapat membunuh mikroba. Apabila tingkat iradiasi yang diterima sel mikroba rendah, maka dapat menyebabkan terjadinya mutasi pada mikroba.(Waluyo,2005)
8.    Tekanan Osmotik
Pengaruh tekanan osmosis pada pertumbuhan bakteri disebabkan karena adanya perbedaan tekanan osmosis di dalam dan di luar sel yang akan menyebabkan gangguan pada sistem metabolisme di dalam sel bakteri jika lingkungan mempunyai tekanan osmosis yang besar akan dapat mengganggu metabolisme dalam sel.  Meskipun demikian beberapa jenis bakteri dan juga mikroba lainnya ada yang mempunyai ketahanan terhadap tekanan osmosis tinggi, misalnya mikroba golongan osmofilik.(Waluyo,2005)
Pada umumnya mikrobia terhambat pertumbuhannya di dalam larutan yang hipertonis. Karena sel-sel mikrobia dapat mengalami plasmolisa. Didalam larutan yang hipotonis sel mengalami plasmoptisa yang dapat di ikuti pecahnya sel. Beberapa mikrobia dapat menyesuaikan diri terhadap tekanan osmose yang tinggi; tergantung pada larutanya dapat dibedakan jasad osmofil dan halofil atau halodurik. Medium yang paling cocok bagi kehidupan bakteri ialah medium yang isotonik terhadap isi sel bakteri. Jika bakteri di tempatkan di dalam suatu larutan yang hipertonik terhadap isi sel, maka bakteri akan mengalami plasmolisis. Larutan garam atau larutan gula yang agak pekat mudah benar menyebabkan terjadinya plasmolisis ini. Sebaliknya, bakteri yang ditempatkan di dalam air suling akan kemasukan air sehingga dapat menyebabkan pecahnya bakteri, dengan kata lain, bakteri dapat mengalami plasmoptisis. Berdasarkan inilah maka pembuatan suspense bakteri dengan menggunakan air murni itu tidak kena, yang digunakan seharusnyalah medium cair.Jika perubahan nilai osmosis larutan medium tidak terjadi sekonyong konyong, akan tetapi perlahan-lahan sebagai akibat dari penguapan air, maka bakteri dapat menyesuaikan diri, sehingga tidak terjadi plasmolisis secara mendadak. (Waluyo,2005)
Tekanan osmosis sebenarnya sangat erat hubungannya dengan kandungan air. Apabila mikroba diletakkan pada larutan hipertonis, maka selnya akan mengalami plasmolisis, yaitu terkelupasnya membran sitoplasma dari dinding sel akibat mengkerutnya sitoplasma. Apabila diletakkan pada larutan hipotonis, maka sel mikroba akan mengalami plasmoptisa, yaitu pecahnya sel karena cairan masuk ke dalam sel, sel membengkak dan akhirnya pecah. (Pelczar dan Chan,2006)
 Berdasarkan tekanan osmose yang diperlukan dapat dikelompokkan menjadi (1) mikroba osmofil, adalah mikroba yang dapat tumbuh pada kadar gula tinggi, (2) mikroba halofil, adalah mikroba yang dapat tumbuh pada kadar garam halogen yang tinggi, (3) mikroba halodurik, adalah kelompok mikroba yang dapat tahan (tidak mati) tetapi tidak dapat tumbuh pada kadar garam tinggi, kadar garamnya dapat mencapai 30 %. (Pelczar dan Chan,2006)
Contoh mikroba osmofil adalah beberapa jenis khamir. Khamir osmofil mampu tumbuh pada larutan gula dengan konsentrasi lebih dari 65 % (aw = 0,94). Contoh mikroba halofil adalah bakteri yang termasuk Archaebacterium, misalnya Halobacterium. Bakteri yang tahan pada kadar garam tinggi, umumnya mempunyai kandungan KCl yang tinggi dalam selnya. Selain itu bakteri ini memerlukan konsentrasi Kalium yang tinggi untuk stabilitas ribosomnya. Bakteri halofil ada yang mempunyai membran purple bilayer, dinding selnya terdiri dari murein, sehingga tahan terhadap ion Natrium.(Waluyo,2005)

Medium yang paling cocok bagi kehidupan bakteri adalah medium yang isotobik terhadap isi sel bakteri. Jika bakteri ditempatkan di dalam suatu larutan hipertonik terhadap isi sel, maka bakteri akan mengalami plasmolisis. Larutan garam atau larutan gula yang agak pekat mudah benar menyebabkan terjadinya plasmolisis ini. Sebaliknya, bakteri yang ditempatkan di dalam air suling akan kemasukan air sehingga dapat menyebabkan pecahnya bakteri dengan kata lain bakteri dapat mengalami plasmoptisis. Jika perubahan nilai osmosis larutan medium tidak terjadi, akan tetapi perlahan – lahan sebagai akibat dari penguapan air, maka bakteri dapat menyesuaikan diri, sehingga tidak terjadi plasmolosis secara mendadak. (Dwidjosepoetro, 1995)
Osmosis adalah difusi melintasi semipermiabel yang memisahkan dua macam larutan dengan konsentrasi solut yang berbeda. Proses ini cenderung untuk menyamakan konsentrasi solut pada kedua sisi membran tersebut. Pada sel hewan yang tidak mempunyai dinding yang kaku, dapat teramati penyusutan sel yang sesungguhnya sebagai akibat plasmolisis. Bakteri memiliki dinding sel yang kaku yang dapat mempertahankan perubahan tekanan osmosik, sehingga biasanya tidak menunjukkan perubahan bentuk ataupun ukuran yang menyolok bila terjadi plasmolisis atau plasmoptisis.(Pelczar dan Chan,2006)
Bahan yang diinokulasikan pada medium disebut inokulum dengan menginokukasi medium agar nutrien dengan metode cawan tuang sel – sel itu akan terpisah sendiri – sendiri setelah inkubasi, sel – sel mikroba individu itu memperbanyak diri sedemikian lipatnya sehingga di dalam waktu 18 – 24 jam terbentuklah massa jel yang dapat dilihat dan dinamakan koloni. Koloni ini tampak oleh mata telanjang. (Pelczar dan Chan,2006)
IV.        Metode
A.   Alat dan Bahan
1.    Alat
a.    Cawan petri
b.    Jarum ose
c.    Inkubator
d.   Bunsen
e.    Korek api
f.     Semprotan alkohol
g.    Rak tabung
2.    Bahan
a.    Larutan gram NaCl 30 % ; 3 %; 0,3 %
b.    Larutan glukosa 40 %; 4 %; 0,4 %
c.    Media agar cair
d.   Biakan murni E Coli
B.   Cara Kerja
V.           Hasil Praktikum
Pertumbuhan bakteri E.Coli
Berdasarkan paparan waktu pada larutan
Larutan Glukosa dan NaCl dengan berbagai konsentrasi
Paparan Waktu
Glukosa
NaCl
40%
4%
0,4%
30%
3%
0,3%
0 jam
++
++
++
+
+
++
½ jam
+
+
+
++
++
+
1 jam
+++
+++
+++
+++
+++
+++
Keterangan :      +          : sedikit
                           ++        : sedang
                           +++     : banyak
Pertumbuhan Bakteri E.Coli
Berdasarkan paparan berbagai konsentrasi
Larutan glukosa dan NaCl dengan paparan waktu
Larutan
Paparan waktu
0 jam
½ jam
1 jam
NaCl 30%
+
++++++
++++++
NaCl 3%
+++
+++
+++++
NaCl 0,3%
+++++
++
++
Glukosa 40%
++++++
+++++
+++
Glukosa 4%
++++
+
+
Glukosa 0,4%
++
++++
++++
Keterangan :     


+          : sangat sedikit
++        : sedikit
   +++     : sedang
++++   : banyak
+++++ : sangat banyak
++++++:sangat amat banyak


   No
Paparan waktu
Gambar
1

0 jam
2

½ jam
3

1 jam


VI.        Pembahasan
Percobaan kali ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui pengaruh factor fisik atau lingkungan ( konsentrasi gula dan garam) terhadap pertumbuhan mikroorganisme. Selain itu mampu menentukan pertumbuhan bakteri yang terbanyak serta yang lebih sedikit berdasarkan jumlah koloninya oleh pengaruh factor fisik atau lingkungan (konsentrasi gula dan garam). Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, terlihat bahwa mikroba yang tumbuh pada tekanan osmotik, semakin besar kadar atau persentase NaCl maupun glukosa yang diberikan, akan semakin banyak pula bakteri tumbuh yang ditandai dengan semakin banyak jumlah koloni bakteri yang tumbuh.Begitu juga pada paparan waktu yang lebih lama pertumbuhan koloni bakteri semakin banyak.
Jenis bakteri yang digunakan adalah E.Coli. Bakteri Escherichia coli, atau biasa disingkat E. coli, adalah salah satu jenis spesies utama bakteri gram negatif. Pada umumnya, bakteri yang ditemukan oleh Theodor Escherich ini dapat ditemukan dalam usus besar manusia. Kebanyakan E. Coli tidak berbahaya, tetapi beberapa, seperti E. Coli tipe O157:H7, dapat mengakibatkan keracunan makanan yang serius pada manusia yaitu diare berdarah karena eksotoksin yang dihasilkan bernama verotoksin.Toksin ini bekerja dengan cara menghilangkan satu basa adenin dari unit 28S rRNA, sehingga menghentikan sintesis protein.Sumber bakteri ini contohnya adalah daging yang belum masak, seperti daging hamburger yang belum matang. E. Coli yang tidak berbahaya dapat menguntungkan manusia dengan memproduksi vitamin K2, atau dengan mencegah bakteri lain di dalam usus.( Noviar, 2001)
Tekanan osmotik juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri karena merupakan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba. Pekat atau encernya konsentrasi pada bahan kimia dan lamanya berada di bawah pengaruh larutan, merupakan faktor-faktor yang diperhitungkan. Berdasarkan hasil percobaan ini terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan garam dan glukosa serta paparan waktu , pertumbuhan bakteri semakin banyak. Dapat dilihat dari hasil pengamatan  berdasarkan paparan waktu pada larutan glukosa dan NaCl , bahwa larutan glukosa 40% pada paparan waktu 1 jam pertumbuhan bakteri E.Coli yang lebih banyak dibandingkan dengan paparan waktu ½ jam dan 1 jam. Sedangkan hasil pengmatan yang paling sedekit diantara paparan waktu 0 jam, ½ jam, dan 1 jam adalah ½ jam.
Dilihat dari pertumbuhan antara 0 jam, ½ jam, 1 jam tidak menunjukkan adanya konsistenitas, bisa dilihat di hasil gambar bahwa koloni E.coli yang berada di cawan 0 jam jumlahnya lumayan banyak, pada jawan ½ jam jumlahnya  sedikit, sedangkan cawan yang 1 jam jumlahnya  banyak. Hal ini menandakan adanya kemungkinan kesalahan ataupun kontaminasi dalam melakukan praktikum, misalnya terlalu banyak atau sedikit dalam mengambil biakan E.coli yang sudah diperlakukan didalam cairan NaCl dan  Gula untuk diinokulumkan pada agar dan bisa juga factor kesterilan dari alat ataupun paparan bakteri lain.
Jika dilihat dari konsentrasi larutan menunjukkan bahwa, bakteri E.coli dalam konsentrasi larutan NaCl 30% dari 0 jam , ½ jam, 1 jam adalah sedikit, banyak, dan banyak. Hal ini bisa diambil kesimpulan bahwa bakeri E.coli merupakan jenis bakteri yang halofilik ( tahan terhadap garam dan gula) yang artinya larutan gula dan glukosa dengan konsentrasi yang berbeda tidak menghambat pertumbuhan bakteri E.Coli, namun hanya pada konsentrasi larutan glukosa 40% (0 jam) pertumbuhan koloni sangat amat banyak.
Pertumbuhan bakteri yang banyak dan ada pula yang sedikit tersebut membuktikan adanya tekanan osmosis. Menurut Waluyo (2005),Pengaruh tekanan osmosis pada pertumbuhan bakteri disebabkan karena adanya perbedaan tekanan osmosis di dalam dan di luar sel yang akan menyebabkan gangguan pada sistem metabolisme di dalam sel bakteri jika lingkungan mempunyai tekanan osmosis yang besar akan dapat mengganggu metabolisme dalam sel.  Meskipun demikian beberapa jenis bakteri dan juga mikroba lainnya ada yang mempunyai ketahanan terhadap tekanan osmosis tinggi, misalnya mikroba golongan osmofilik.
 Larutan garam dan larutan gula yang agak pekat mudah benar menyebabkan terjadinya plasmolisis ini. Sebaliknya, bakteri yang ditempatkan di dalam air suling akan kemasukan air sehingga dapat menyebabkan pecahnya bakteri, dengan kata lain, bakteri dapat mengalami plasmoptisis. Berdasarkan inilah maka pembuatan suspense bakteri dengan menggunakan air murni itu tidak kena, yang digunakan seharusnyalah medium cair.Jika perubahan nilai osmosis larutan medium tidak terjadi sekonyong konyong, akan tetapi perlahan-lahan sebagai akibat dari penguapan air, maka bakteri dapat menyesuaikan diri, sehingga tidak terjadi plasmolisis secara mendadak. (Waluyo,2005)
Ada banyak factor yang mempengaruhi keberhasilan suatu praktikum, semoga dapat menjadi pelajaran dan koreksi untuk kedepannya .


VII.     Kesimpulan
Dari hasil praktikum dan pengamatan dapat disimpulkan bahwa, antara lain :
1.      Pertumbuhan bakteri E.Coli yang terbanyak menurut waktu adalah pada waktu 1 jam di semua konsentrasi larutan( garam dan glukosa) dan yang paling sedikit pada waktu ½ jam di larutan glukosa 40%; 4%; 0,4% dan NaCl 0,3% , serta pada waktu 0 jam di larutan NaCl 30% dan 3%.
2.      Pertumbuhan bakteri E.Coli yang terbanyak menurut konsentrasi larutan NaCl 30% dengan waktu ½ jam dan 1 jam, larutan glukosa 40% pada waktu 0 jam dan yang paling sedikit pada larutan NaCl 30% pada jam 0 jam, dan larutan glukosa 4% pada jam ½ jam dan 1 jam.
Read more...