I.
Tujuan
Mengetahui
kualitas air dengan cara mengetahui jumlah mikroorganisme berdasarkan nilai Most Probable Number (MPN) dan
mengetahui jasad indikator pada masing – masing sampel air.
II.
Pendahuluan
Air merupakan materi esensial bagi kehidupan makhluk hidup, karena makhluk
hidup memerlukan air untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Secara umum
fungsi air dalam tubuh setiap mikroorganisme adalah untuk melarutkan senyawa
organik, menstabilkan suhu tubuh dan melangsungkan berbagai reaksi kimia
tingkat seluler. Pemeriksaan air secara mikrobiologi sangat penting dilakukan
karena air merupakan substansi yang sangat penting dalam menunjang kehidupan
mikroorganisme yang meliputi pemeriksaan secara mikrobiologi baik secara
kualitatif maupun kuantitatif dapat dipakai sebagai pengukuran derajat
pencemaran (Ramona, 2007).
Pemeriksaan derajat pencemaran air secara mikrobiologi umumnya ditunjukkan
dengan kehadiran bakteri indikator seperti coliform dan fecal coli (Ramona,
2007). Bakteri coliform sebagai suatu kelompok dicirikan sebagai
bakteri berbentuk batang gram negatif, tidak membentuk spora, aerobik,
dan anaerobik fakultatif yang memfermentasi laktose dengan menghasilkan
asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35° C (Pelczar dan
Chan., 2006).
Kelompok bakteri coliform antara lain Eschericia coli,
Enterrobacter aerogenes, dan Citrobacter fruendii. Keberadaan
bakteri ini dalam air minum juga menunjukkan adanya bakteri patogen lain,
misalnya Shigella, yang bisa menyebabkan diare hingga muntaber. Jadi, bakteri coliform
adalah indikator kualitas air. Semakin sedikit kandungan coliform,
maka kualitas air semakin baik. (Pelczar dan Chan., 2006).
Uji kualitas air terdiri dari 3 step utama, yaitu: Uji pendugaan , Uji
penguat dan Uji pelengkap. Metode pengujian yang digunakan adalah metode Most
Probable Number (MPN). Dalam uji penduga di gunakan lactose broth. Tabung di
nyatakan positif bila terebentuk gas sebanyak 10 % atau lebih dari volume di
dalam tabung Durham. Jumlah tabung yang positif di hitung pada masing-masing
seri. MPN penduga dapat di hitung dengan melihat table MPN 3 tabung.
(Pelczar dan Chan., 2006).
Dalam uji penguat, terbentuknya gas dalam Lactose Broth tidak selalu
menunjukan bakteri E.coli karena mikroba lainya mugkin juga ada yang
dapat memfermentasikan laktosa dengan membentuk gas. Oleh karena itu perlu di
lakukan uji penguat pada media Endo agar,dengan menggunakan jaarum ose, contoh
dari tabung MPN yang menunjukan uji penduga positif (terbentuk gas)
masing-masing di inokulasikan pada Endo agar dengan cara streak plate. Semua
tabung di inkubasikan pada suhu 37oC selama 2x24 jam. Jumlah media
Endo agar pada masing-masing pengenceran yang menunjukan adanya pertumbuhan Coliform,
baik fekal maupun non fekal dihitung dan MPN penguat dapat di hitung dari table
MPN.
(Pelczar dan Chan., 2006).
Pengujian selanjutnya dilanjutkan dengan uji pelengkap untuk menentukan
bakteri Escherichia coli. Dari koloni yang berwarna pada uji penguat
diinokulasikan ke dalam medium Lactose Broth dan medium agar miring Nutrient
Agar (NA), dengan jarum inokulasi secara aseptik. Diinkubasi pada suhu 37oC
selama 2 x 24 jam. Bila hasilnya positif terbentuk asam dan gas pada Lactose Broth, maka sampel positif
mengandung bakteri Escherichia coli. Dari media agar miring NA dibuat
pewarnaan Gram dimana bakteri Escherichia coli merupakan Gram negatif
berbentuk batang pendek. (Pelczar dan Chan., 2006).
Oleh karena itu melalui percobaan ini agar praktikan
dapat mengetahui uji kualitas air berdasarkan jumlah mikroorganisme pada air
dan dapat menentukan nilai MPN. Selain itu juga dapat mempraktikkan cara
pengujian perkiraan pada air untuk mengetahui adanya jasad coliform, dapat mempraktikkan pengujian penegasan untuk membedakan
mikrobia fekal dan non fekal, dan dapat pula mempraktekkan pengujian
kelengkapan untuk menentukkan ada tidaknya jasad indikator kualitas air
berdasarkan keberadaan bakteri E.coli.
III.
Tinjauan Pustaka
AIR
Air adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan bahkan air adalah sumber dari
kehidupan itu sendiri. Secara umum fungsi air dalam tubuh setiap mikroorganisme
adalah untuk melarutkan senyawa organik, menstabilkan suhu tubuh dan
melangsungkan berbagai reaksi kimia tingkat seluler. Pemeriksaan air secara
mikrobiologi sangat penting dilakukan karena air merupakan substansi yang
sangat penting dalam menunjang kehidupan mikroorganisme yang meliputi
pemeriksaan secara mikrobiologi baik secara kualitatif maupun kuantitatif dapat
dipakai sebagai pengukuran derajat pencemaran (Ramona, 2007).
Air yang bersih
dan berkualitas ialah air yang bebas bakteri dan racun serta mengandung
berbagai jenis mineral. Air yang kita konsumsi setiap harinya yang diambil
langsung dari alam biasanya sudah tercemar karena berbagai sebab baik karena
pencemaran, limbah-limbah beracun dari industri atau pertanian, racun atau zat
berbahaya atau karena berbagai ulah manusia.(Ranoma, 2007)
Air yang berkualitas dan higienis
adalah air yang cocok untuk dikonsumsi. Syarat-syarat air minum adalah tidak
berbau, berasa, berwarna, tidak mengandung logam berat dan tidak mengandung
mikroorganisme yang berbahaya. Air minum merupakan air yang melalui pemrosesan
atau tanpa pemrosesan yang memenuhi syarat kesehatan dan bisa diminum secara
langsung. (Ranoma, 2007)
Air dari sumber alam bisa diminum
oleh manusia secara langsung namun ada resiko bahwa air tersebut dicemari oleh
bakteri atau zat yang berbahaya. Bakteri tersebut baru akan mati jika air
dimasak hingga 100 derajat celcius namun zat berbahaya yang lain seperti logam
tidak bisa dihilangkan dengan cara ini. Banyaknya pencemaran air semakin
memperburuk kualitas air minum masyarakat saat ini.
(Ranoma, 2007)
Untuk mendapat air minum yang
berkualitas, saat ini tersedia air minum isi ulang. Air minum isi ulang banyak
dijual di berbagai kota. Air isi ulang isi ada poin kelebihan dan kekurangannya
yang harus diperhatikan. (Ranoma, 2007)
Kelebihan air isi ulang:
1.
Harganya relatif murah seperti harga AMDK.
2.
Mudah untuk mendapatkan
3.
Walaupun tidak semua namun kualitas air isi ulang
sudah memenuhi standar Departemen Kesehatan. Hal ini tergantung akan kualitas
sanitasi, mesin dan bahan baku air.
(Ranoma,
2007)
Kekurangan air isi ulang:
1.
Pengawasan dan pembinaan yang lemah membuat mutu air
cenderung tidak konsisten.
2.
Kemungkinan terjadi salah produksi relatif tinggi,
terutama menyangkut tentang pemilihan bahan baku air, pemilihan alat dan
sanitasi.
3.
Aturan mengenai jasa layanan depo isi ulang tidak
jelas. Hal ini menyangkut kualitas produksi sehingga perlindungan hukum secara
khusus pada konsumen jika terjadi kasus tidak ada.
4.
Proses untuk pengemasan hanya mengandalkan teknologi
yang sederhana sehingga sering terjadi kontaminasi oleh bakteri.
(Ranoma, 2007)
Saat ini ditemukan banyak sekali sampel air minum di depo isi ulang.
Bakteri yang ditemukan tidak secara langsung menimbulkan penyakit namun
menunjukkan tingkat sanitasi yang rendah. Resiko bakteri patogen lain yang bisa
menimbulkan gangguan kesehatan akan semakin tinggi apabila semakin tinggi
tingkat kontaminasi bakteri. Keberadaan bakteri tersebut bisa disebabkan oleh
sumber air yang tercemar atau pemaparan dengan radiasi sinar ultraviolet kurang
memadai.
(Ranoma, 2007)
Standar Air Minum, menurut standar WHO semua sampel tidak boleh mengandung E. coli dan sebaiknya juga bebas dari
bakteri coliform. Standar WHO: Dalam
setiap tahun, 95% dari sampel-sampel tidak boleh mengandung coliform dalam 100
ml, Tidak ada sampel yang mengandung E.
coli dalam 100 ml, Tidak ada sampel yang mengandung coliform lebih dari 10
dalam 100 ml, Tidak boleh ada coliform dalam 100 ml dalam dua sampel yang
berurutan (AOAC,2000).
Sesuai Permenkes Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002
Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, dipersyaratkan bahwa
angka E.coli dalam air minum adalah
Nol per 100 ml air harus dipenuhi.( Suriaman dan Juwita, 2008)
Sedangkan menurut baku mutu yang ditetapkan oleh Pemerintah dalam PP
82/2001 tentang Pengendalian Limbah cair menyebutkan bahwa badan air yang
dimanfaatkan sebagai bahan baku air minum kandungan E. coli dalam 100 ml air tidak boleh lebih dari 10.000. Menurut
salah satu penelitian (Kajian Dhani Arnantha staf peneliti Lembaga kajian
Ekologi dan Konservasi Lahan Basah) jumlah E.coli dalam 100 ml air Kali Mas
Surabaya mencapai 1600 milyar.( Suriaman dan Juwita, 2008)
Air yang mengandung kurang dari 1 coliform per 100
ml merupakan golongan kelas I yang berarti air tersebut sangat baik untuk
dikonsumsi. Nilai coliform 1-2 per 100 ml digolongkan pada kelas II yang
berarti air tersebut baik dikonsumsi. Air dengan jumlah coliform 3-10 merupakan
golongan air yang termasuk kelas III dan tidak baik dikonsumsi. Sedangkan jika
nilai coliform lebih dari 10 per 100 ml, maka air tersebut sudah tidak boleh
dikonsumsi lagi (Suriaman dan Juwita., 2008).
Pemeriksaan mikrobiologi
sangat penting dilakukan mengingat air merupakan sumber kehidupan utama bagi
semua makhluk hidup. Segala macam air perlu mendapat perhatian untuk diperiksa
baik secara mikrobiologi,fisik maupun kimia untuk menghindarkan air dari
pencemaran. .( Suriaman dan Juwita, 2008)
Syarat bakteriologi air ditetapkan sebagai berikut :
1.
Tidak boleh
mengandung mikroba pathogen.
2.
Tidak boleh
mengandung mikrobaa pathogen terlalu banyak.
( Suriaman dan Juwita, 2008)
Pemeriksaan kualitas air
secara mikrobiologi meliputi :
1.
Pemeriksaan jumlah total mikroorganisme.
2.
Deteksi dan enumerasi terhadap bakteri pathogen Shigella dan Salmonella terutama Escherichia
coli.
3.
Jumlah
perkiraan terdekat bakteri coli : coli umum dan coli fekal.
(Pelczar dan Chan, 2006)
Bakteri golongan koli merupakan indicator terhadap intra bacteriaceae. Bakteri
coli dapat dipakai sebagai petunjuk adanya pencemaran oleh manusia maupun
hewan.Adanya bakteri coli dalam air identic dengan adanya bakteri pathogen. (Pelczar
dan Chan, 2006)
METODE MOST
PROBABLE NUMBER (MPN)
Metode perhitungan MPN menggunakan media
cair di dalam tabung reaksi yang berisi tabung durham, dimana perhitungan
dilakukan berdasarkan jumlah tabungyang positif yaitu yang ditumbuhi oleh jasad
renik setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Pengamatan tabung yang
positif dapat dilihat dengan mengamati timbulnya kekeruhan atau terbentuknya
gas didalam tabung durham yang diletakkan pada posisi terbalik, yaitu
untuk jasad renik pembentuk gas, sehingga tabung durham tersebut naik keatas. (Pelczar
dan Chan, 2006)
Menurut Pelczar dan Chan (2006),
keuntungan
dari metoda ini adalah :
1. Dapat dibuat sangat
peka dengan penggunaan volume inokulum contoh yang lebih besar dari 1,0
ml/tabung.
2. Bahan-bahan dapat
dipersiapkan untuk tugas lapangan.
3. Media pertumbuhan
selektif dapat digunakan untuk menghitung jenis mikroorganisme yang diharapkan
di antara jenis-jenis lainnya yang ada dalam bahan pangan tersebut.
Kerugiannya adalah dibutuhkannya banyak ulangan untuk
diperoleh hasil yang teliti dan sehubungan dengan hal tersebut banyak biaya dan
waktu yang dibutuhkan untuk persiapannya. Metoda ini banyak digunakan untuk
menghitung bakteri patogenik dalam jumlah sedikit yang terdapat dalam
bahan pangan (Pelczar dan Chan, 2006).
Metode Most
Probable Number dilakukan dengan tahap-tahap
sebagai berikut :
1.
Presumtive test (test pendugaan)
2.
Confirmed
test (test penentu/ konfirmasi)
3.
Completed
test (test pelengkap)
(Pelczar dan Chan, 2006)
Dalam uji tahap pertama,
keberadaan coliform masih dalam tingkat probabilitas rendah; masih dalam
dugaan. Uji ini mendeteksi sifat fermentatif coliform dalam sampel. Karena
beberapa jenis bakteri selain coliform juga memiliki sifat fermentatif,
diperlukan uji konfirmasi untuk mengetes kembali kebenaran adanya coliform
dengan bantuan medium selektif diferensial. Uji kelengkapan kembali meyakinkan
hasil tes uji konfirmasi dengan mendeteksi sifat fermentatif dan pengamatan
mikroskop terhadap ciri-ciri coliform : berbentuk batang, Gram negatif,
tidak-berspora (Dwidjoseputro, 2005).
Dalam uji penduga di gunakan lactose
broth. Tabung di nyatakan positif bila terebentuk gas sebanyak 10 % atau lebih
dari volume di dalam tabung Durham. Jumlah tabung yang positif di hitung pada masing-masing
seri. MPN penduga dapat di hitung dengan melihat table MPN 3 tabung.(
Pelczar dan Chan, 2006)
Dalam uji penguat, terbentuknya gas
dalam Lactose Broth tidak selalu menunjukkan bakteri E.coli
karena mikroba lainya mugkin juga ada yang dapat memfermentasikan laktosa
dengan membentuk gas. Oleh karena itu perlu di lakukan uji penguat pada media
Endo agar,dengan menggunakan jaarum ose, contoh dari tabung MPN yang menunjukan
uji penduga positif (terbentuk gas) masing-masing di inokulasikan pada Endo
agar dengan cara streak plate. Semua tabung di inkubasikan pada suhu 37oC
selama 2x24 jam. Jumlah media Endo agar pada masing-masing pengenceran yang
menunjukan adanya pertumbuhan Coliform, baik fekal maupun non fekal
dihitung dan MPN penguat dapat di hitung dari table MPN.
(Pelczar dan Chan, 2006)
Pengujian selanjutnya dilanjutkan dengan uji pelengkap untuk menentukan
bakteri Escherichia coli. Dari koloni yang berwarna pada uji penguat
diinokulasikan ke dalam medium Lactose Broth dan medium agar miring Nutrient
Agar (NA), dengan jarum inokulasi secara aseptik. Diinkubasi pada suhu 37oC
selama 2 x 24 jam. Bila hasilnya positif terbentuk asam dan gas pada Lactose Broth, maka sampel positif
mengandung bakteri Escherichia coli. Dari media agar miring NA dibuat
pewarnaan Gram dimana bakteri Escherichia coli merupakan Gram negatif
berbentuk batang pendek. (Pelczar dan Chan, 2006)
Metode MPN biasanya biasanya dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di
dalam contoh yang berbentuk cair, meskipun dapat pula digunakan untuk contoh
berbentuk padat. Perhitungan jumlah suatu bakteri dapat melalui berbagai macam
uji seperti uji kualitatif koliform yang secara lengkap terdiri dari tiga tahap
yaitu uji penduga (uji kuantitatif, bisa dengan metode MPN), uji penguat dan
uji pelengkap. Waktu, mutu sampel, biaya, tujuan analisis merupakan beberapa
faktor penentu dalam uji kualitatif koliform. (Pelczar dan
Chan, 2006)
Output metode MPN adalah nilai MPN. Nilai MPN adalah perkiraan jumlah unit tumbuh
(growth unit) atau unit pembentuk koloni (colony forming unit)
dalam sampel. Namun, pada umumnya nilai MPN juga diartikan sebagai perkiraan
jumlah individu bakteri. Satuan yang digunakan, umumnya per 100 mL atau per
gram. Makin kecil nilai MPN, maka air tersebut makin tinggi kualitasnya, dan
makin layak minum. Metode MPN memiliki limit kepercayaan 95 persen sehingga
pada setiap nilai MPN, terdapat jangkauan nilai MPN terendah dan nilai MPN
tertinggi (Pelczar dan Chan, 2006).
Metode MPN biasanya dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam
contoh yang berbentuk cair, meskipun dapat pula digunakan untuk contoh
berbentuk padat dengan terlebih dahulu membuat suspensi 1:10 dari contoh
tersebut. Metode MPN digunakan medium cair di dalam tabung reaksi, dimana
perhitungannya dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif yaitu yang
ditumbuhi oleh jasad renik setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu.
Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat dengan mengamati timbulnya
kekeruhan atau terbentuknya gas di dalam tabung Durham yang diletakkan pada
posisi terbalik, yaitu untuk jasad renik pembentuk gas (Pelczar
dan Chan, 2006).
Untuk metode MPN (Most Probable Number) digunakan medium cair dalam
wadah berupa tabung reaksi, perhitungan di lakukan berdasarkan jumlah tabung
yang positif yaitu tabung yang mengalami perubahan pada mediumnya baik itu
berupa perubahan warna atau terbentuknya gelembung gas pada dasar tabung
durham. Pada metode perhitungan MPN ini digunakan bentuk tiga seri pengenceran,
yang pertama 10-1, 10-2, dan 10-3. Kemudian
dari hasil perubahan tersebut dicari nilai MPNnya pada tabel nilai MPN, dan
untuk jumlah bakterinya maka digunakan rumus (Gobel, 2008).
Metode MPN merupakan uji deretan tabung yang menyuburkan pertumbuhan
koliform sehingga diperoleh nilai untuk menduga jumlah koliform dalam sampel
yang diuji. Uji positif akan menghasilkan angka indeks. Angka ini disesuaikan
dengan tabel MPN untuk menentukan jumlah koliform dalam sampel (Gobel, 2008).
Bakteri Coliform
Bakteri coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik lain
dengan kata lain merupakan bakteri indikator sebagai tanda bahwa adanya
pencemaran bakteri patogen. Penentuan koliform fecal menjadi indikator
pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan
keberadaan bakteri patogen. Keuntungan mendeteksi koliform adalah jauh lebih
murah, cepat, dan sederhana daripada mendeteksi bakteri patogenik lain. Coliform
merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya pencemaran
dan kondisi sanitasi yang tidak baik terhadap air, makanan, susu dan
produk-produk susu. Pada saat perhitungan koloni, apabila jumlah koloni yang di
temukan kurang dari standart yang telah di tetapkan, maka suatu sampel bisa di
katakan murni (Pelczar dan Chan, 2006).
Banyaknya kontaminan dalam air memerlukan standar tertentu untuk menjamin
kebersihannya. Air yang terkontaminasi oleh bakteri patogen saluran cerna
sangat berbahaya untuk diminum. Hal ini dapat dipastikan dengan penemuan
organisme yang ada dalam tinja manusia atau hewan dan yang tidak pernah
terdapat bebas di alam. Ada beberapa organisme yang termasuk kategori ini,
yaitu bakteri coliform (E.coli), Enterococcus faecalis, Clostiridium sp.
Di Indonesia, bakteri indikator air terkontaminasi adalah E.coli. (Pelczar dan Chan, 2006)
Beberapa jenis bakteri selain coliform juga memiliki sifat fermentatif,
sehingga diperlukan uji konfirmasi untuk mengetes kembali kebenaran adanya
coliform dengan bantuan medium selektif diferensial. Uji kelengkapan kembali
meyakinkan hasil tes uji konfirmasi dengan mendeteksi sifat fermentatif dan
pengamatan mikroskop terhadap ciri-ciri coliform: berbentuk batang, gram
negatif, tidak-berspora. Bakteri coliform adalah golongan bakteri intestinal,
yaitu hidup dalam saluran pencernaan manusia. Bakteri coliform adalah bakteri
indicator keberadaan bakteri patogenik lainnya. Lebih tepatnya, sebenarnya
bakteri coliform fecal adalah bakteri indicator adanya pencemaran bakteri
pathogen. Penentuan coliform fekal menjadi indikator pencemaran dikarenakan
jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri pathogen.
Selain itu, mendeteksi coliform jauh lebih murah, cepat dan sederhana daripada
mendeteksi bakteri patogenik lain (Pelczar dan Chan, 2006).
Salah satu anggota kelompok coliform adalah E.coli. Karena E.coli
adalah bakteri coliform yang ada pada kotoran manusia, maka E.coli sering
disebut sebagai coliform fekal. Pengujian coliform jauh lebih cepat jika
dibandingkan dengan uji E.coli karena hanya memerlukan uji penduga yang
merupakan tahap pertama uji E.coli (Pelczar dan Chan, 2006).
Bakteri coliform merupakan parameter mikrobiologis terpenting bagi kualitas
air minum. Kelompok bakteri coliform, antara lain Eschericia coli, Enterrobacter
aerogenes, dan Citrobacter fruendi. Keberadaan bakteri di dalam air
minum itu menunjukkan tingkat sanitasi rendah. Keberadaan bakteri ini juga
menunjukkan adanya bakteri pathogen lain misalnya, Shigella, yang
menyebabkan diare hingga muntaber (Lim, 1998).Jadi, coliform adalah indikator
kualitas air. Makin sedikit kandungan coliform, artinya, kualitas air semakin
baik.( Gobel,2008).
Terdapatnya bakteri coliform dalam air minum dapat menjadi indikasi
kemungkinan besar adanya organisme patogen lainnya. Bakteri coliform dibedakan
menjadi 2 tipe, yaitu faecal coliform dan non faecal coloform. Menurut Gobel (2008), bakteri coliform
dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
1) Coliform fekal, misalnya E. coli, merupakan bakteri yang
berasal dari kotoran hewan atau manusia. Adanya E.coli pada air
minum menandakan air tersebut telah terkontaminasi feses manusia dan mungkin
juga mengandung patogen usus.
2) Coliform non-fekal, misalnya E. aeroginosa,
biasanya ditemukan pada hewan atau tanaman yang telah mati.
E.coli adalah bagian
dari faecal coliform. Keberadaan E. coli
dalam air dapat menjadi indikator adanya pencemaran air oleh tinja. E. coli digunakan sebagai indikator
pemeriksaan kualitas bakteriologis secara universal dalam analisis dengan
alasan:
a.
E. coli secara
normal hanya ditemukan di saluran pencernaan manusia (sebagai flora normal)
atau hewan mamalia, atau bahan yang telah terkontaminasi dengan tinja manusia
atau hewan; jarang sekali ditemukan dalam air dengan kualitas kebersihan yang
tinggi,
b.
E. coli mudah
diperiksa di laboratorium dan sensitivitasnya tinggi jika pemeriksaan dilakukan
dengan benar,
c.
Bila dalam air tersebut ditemukan E. coli, maka air tersebut dianggap berbahaya bagi penggunaan
domestik,
d.
Ada kemungkinan bakteri enterik patogen yang lain
dapat ditemukan bersama-sama dengan E.
coli dalam air tersebut.
(Pelczar dan Chan, 2006)
Bakteri pembusuk ini dimasukkan
ke dalam golongan bakteri Coliform, salah satu yang termasuk didalamnya adalah Escherichia coli. Bakteri coliform ini menghasilkan
zat ethionine yang pada penelitian menyebabkan kanker. Bakteri-bakteri pembusuk
ini juga memproduksi bermacam-macam racun seperti Indole, skatole yang dapat
menimbulkan penyakit bila berlebih didalam tubuh (Pelczar
dan Chan, 2006).
Bakteri coliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup dalam
saluran pencernaan manusia. Bakteri coliform adalah bakteri indikator
keberadaan bakteri patogenik lain. Lebih tepatnya, sebenarnya, bakteri coliform
fekal adalah bakteri indikator adanya pencemaran bakteri patogen. Penentuan
coliform fekal menjadi indikator pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti
berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri patogen. Selain itu, mendeteksi
Coliform jauh lebih murah, cepat, dan sederhana daripada mendeteksi bakteri
patogenik lain (Krisna, 2005).
Escherichia coli merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan atau
manusia. Oleh karena itu, dikenal juga dengan istilah koli tinja, sedangkan
Enterobacter aerogenes biasanya ditemukan pada hewan atau tanam-tanaman yang
telah mati. Bakteri Escherechia coli merupakan mikroorganisme normal yang
terdapat dalam kotoran manusia, baik sehat maupun sakit. Dalam satu gram
kotoran manusia terdapat sekitar seratus juta bakteri E. coli. Bakteri
berasal dari kata “Bakterion” (Yunani = batang kecil). Berdasarkan Klasifikasi,
bakteri digolongkan dalam Divisio Schizomycetes. Escherichia coli (E. coli )
adalah salah satu jenis spesies utama bakteri gram negatif, ditemukan oleh
Theodor Escherich (tahun 1885). Hidup pada tinja dan menyebabkan masalah
kesehatan pada manusia, seperti diare, muntaber serta masalah pencernaan
lainnya. Bakteri ini banyak digunakan dalam teknologi rekayasa genetika sebagai
vektor untuk menyisipkan gen-gen tertentu yang diinginkan untuk dikembangkan.
Hal ini disebabkan karena pertumbuhannya sangat cepat dan mudah dalam
penanganannya. (Krisna, 2005)
Secara garis besar klasifikasi bakteri E.coli , berasal dari Filum
Proteobacteria, Kelas Gamma Proteobacteria, Ordo Enterobacteriales, Familia
Enterobacteriaceae, Genus Escherichia, Spesies Escherichia coli. Secara
morfologi E.coli merupakan kuman berbentuk batang pendek, gemuk, berukuran 2,4
µ x 0,4 sampai 0,7 µ , Gram-negatif, tak bersimpai , Bergerak aktif dan tidak
berspora. (Krisna, 2005)
IV.
Metode
A. Alat
dan Bahan
1. Bahan
a. Air
isi ulang
b. Laktosa
Broth (LB) 0,5%
c. Alkohol
70%
d. BGLB
(Briliant Green Lactosa Broth)
e. Endo
Agar
f. NA
Miring
g. Aquades
h. Gram
A (kristal violet)
i. Gram
B (mordan)
j. Gram
C (aseton alkohol)
k. Gram
D (safranin)
2. Alat
a. Minyak
imersi
b. Cawan
petri
c. Jarum
ose
d. Inkubator
e. Bunsen
f. Korek
api
g. Semprotan
alkohol
h. Rak
tabung reaksi
i. Tabung
durham
j. Pipet
volume
k. Objek
glass
l. Mikroskop
Cahaya Listrik
m. Kapas
n. Glasfirn
pupm
o. Beaker
glass
p. Pipet
tetes
q. Hair
dryer
B. Cara
Kerja
1. Uji
perkiraan
a. Menyerilkan
tangan dan meja.
b. Menyiapkan
sampel air (air isi ulang) secara steril kemudian dihomogenkan dengan
mengocoknya sebanyak 25 kali.
c. Memasukkan
masing – masing 10 ml air isi ulang ke dalam 3 tabung reaksi yang masing –
masing berisi 10 ml Laktosa Broth.
d. Memasukkan
masing – masing 1 ml air isi ulang ke dalam 3 tabung reaksi yang masing –
masing berisi 10 ml Laktosa Broth.
e. Memasukkan
masing – masing 0,1 ml air isi ulang ke dalam 3 tabung reaksi yang masing –
masing berisi 10 ml Laktosa Broth.
f. Diinkubasi
semua tabung pada suhu 37 0C selama 2X24 jam.
g. Mengamati
terbentuknya gas tiap 24 jam.
h. Mencatat
jumlah tabung reaksi yang terbentuk gas (positif terbentuk gas) pada tiap seri
tabung (10 ml, 1 ml, 0,1 ml)
i. Menentukan
nilai MPN.
2.
Uji Penegasan
a.
Menyerilkan tangan dan meja.
b. Semua
tabung reaksi yang positif terdapat gas diambil sebanyak 1 ose kemudian ditanam
di media Briliant Green Lactosa Broth dan diinkubasi 2X24 jam pada suhu 37 0C.
c. Mengamati
hasil yang positif terbentuk gas kemudian diambil 1 ose dan ditanam di media
Endo Agar dengan teknik streak plate.
d. Diinkubasi
pada suhu 37 0C selama 2X24 jam.
e. Mengamati
adanya koloni tipikal (merah tua atau hijau metalik).
3. Uji
Lengkap
a. Diinokulasi
medium Laktosa Broth dengan koloni tipikal.
b. Membuat
piaran NA miring dari koloni tipikal.
c. Semua
diinkubasi selama 2X24 jam pada suhu 37 0C.
d. Mengamati
terbentuknya gas pada media Laktosa Broth.
e. Melakukan
pewarnaan gram dari piaran NA miring.
1) Membersihkan
tangan dan meja dengan alkohol.
2) Mengambil
obyek glass dan fiksasi dengan melidah apikan di atas Bunsen sebanyak 2 – 3
kali secara cepat.
3) Mengambil
antara 1 piaran NA miring dan diletakkan di atas obyek glass.
4) Meratakannya
dengan jarum ose.
5) Mefiksasi
dengan melidah apikan bagian yang tidak ada kumannya di atas bunsen 2 – 3 kali
dengan cepat.
6) Menuangkan
pewarna gram A (Carbol gentian violet), biarkan 1 menit.
7) Membuang
sisa Carbol gentian violet.
8) Mencuci
preparat dengan air mengalir.
9) Mengeringkan
preparat dengan menggunakan hair dryer.
10) Menuangkan
pewarna Gram B (Mordan), biarkan selama 2 menit.
11) Membuang
sisa Iodium.
12) Mencuci
preparat dengan air mengalir.
13) Mengeringkan
preparat menggunakan hair dryer.
14) Dipucatkan
dengan pewarnaan Gram C (aseton alkohol) dengan cara meneteskan perlahan sampai
warna ungu hilang.
15) Membilas
dengan air mengalir.
16) Menuangkan
pewarna Gram D (safranin) sebagai warna penutup atau pembanding biarkan selama
30 detik.
17) Membuang
kelebihan Safranin.
18) Mencuci
preparat dengan air mengalir.
19) Mekeringkan
preparat dengan meletakkan diantara 2 buah kertas isap.
20) menambahkan
minyak imersi pada preparat.
21) Mengamati
preparat di bawah mikroskop dengan pembesaran kuat (100X).
22) mengamati
jenis dan bentuk morfologi bakteri.
V.
Hasil Praktikum
A. Pemeriksaan
Air Isi Ulang
No
|
Jenis
Uji
|
Hasil
|
|
Ya
|
Tidak
|
||
1
|
Uji
duga.
Pertumbuhan
di media Laktosa Broth (ada gas atau tidak)
|
ü Ada
gas
|
|
2
|
Uji
Konfirmasi
|
||
a. Pertumbuhan
media Briliant Green Lactosa Broth.
|
ü Ada
gas
|
||
b. Pertumbuhan
media Endo Agar
1) Typical
2) Atypical
3) Metatypical
|
1)
Ada typical
|
||
3
|
Uji
Lengkap
|
||
a.
Pertumbuhan media Laktosa Broth
pada suhu 44,5 0C
|
ü ada
gas
|
||
b.
Pertumbuhan media NA miring
1.
Bentuk batang
2.
Gram negatif
3.
Tidak ada spora
|
ü Berbentuk
batang
ü Gram
negatif
ü Tidak
ada spora
|
B. Hasil
Uji Perkiraan Air Isi Ulang.
No
tabung yang positif
|
Nilai
MPN per 100 ml
|
||
10
ml
|
1
ml
|
0,1
ml
|
|
3
|
1
|
1
|
75
|
C. Foto
hasil pemeriksaan air isi ulang
1. Uji
pendugaan air isi ulang
Larutan
sampel
|
Gambar
|
10
ml
|
|
1
ml
|
|
0,1
ml
|
2. Uji
Penegasan Air Isi Ulang
Hasil
tabung reaksi yang positif terdapat gas yang ditanam di Briliant Green
Lactosa Broth
|
10 ml (1) 10 ml (2) 10 ml (3)
|
Koloni
typical yang tumbuh di media endo agar
|
3. Hasil
Uji Lengkap Air Isi Ulang
Hasil
tabung reaksi yang positif terdapat gas yang ditanam di Lactosa Broth pada
suhu 44,5 0C
|
|
Hasil
media NA miring
|
|
Pewarnaan
gram E.coli berbentuk batang, gram negatif dan tidak ada spora.
|
VI.
Pembahasan
Pada praktikum kali ini, melakukan pemeriksaan
air.Pemeriksaan air dilakukan untuk mengetahui apakah air tersebut layak
digunakan sebagai air minum atau digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Pemeriksaan
air ini menggunakan metode MPN. Metode perhitungan MPN menggunakan
media cair di dalam tabung reaksiyang berisi tabung durham, dimana perhitungan
dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif yaitu yang ditumbuhi oleh
jasad renik setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Pengamatan tabung
yang positif dapat dilihat dengan mengamati
terbentuknya gas di dalam tabung durham yang diletakkan pada posisi
terbalik, yaitu untuk jasad renik pembentuk gas, sehingga tabung durham
tersebut naik keatas. Pemeriksaan air ditunjukkan dengan adanya
bakeri indikator (coliform dan fecal coliform) dengan menggunakan tiga tahapan
pengujian yaitu uji dugaan, uji penetapan, dan uji pelengkap. Sampel sebanyak
10 ml dimasukkan ke dalam media konsentrasi ganda karena diduga akan ada lebih banyak bakteri sehingga diperlukan
lebih banyak nutrisi yang diperlukan untuk menumbuhkannya.
Metode MPN (Most Probable Number) untuk uji kualitas air saat
praktikum menggunakan coliform sebagai indikator. Kelompok Coliform
mencakup bakteri yang aerobic dan anaerobic fakultatif, berbentuk
batang atau basil, gram negative dan tidak membentuk spora. Coliform
memfermentasikan laktosa dengan membentuk asam dan gas CO2 dalam
waktu inkubasi selama 24 jam dan diletakkan pada suhu 37ºC.
Air
yang mengandung kurang dari 1 coliform per 100 ml merupakan golongan kelas I yang berarti air tersebut
sangat baik untuk dikonsumsi. Nilai coliform 1-2 per 100 ml digolongkan pada
kelas II yang berarti air tersebut baik dikonsumsi. Air dengan jumlah coliform
3-10 merupakan golongan air yang termasuk kelas III dan tidak baik dikonsumsi.
Sedangkan jika nilai coliform lebih dari 10 per 100 ml, maka air tersebut sudah
tidak boleh dikonsumsi lagi (Suriaman dan Juwita., 2008).
Dalam
pengujian perkiraan dapat dilakukan dengan bebrapa tahap, diantaranya dengan
menyiapkan sampel air isi ulang secara steril kemudian dihomogenkan dengan
mengocok sebanyak 25 kali secara menual agar sampel tercampur merata.kemudian
memasukkan masing 10 ml, 1 ml, dan 0,1 ml sampel air isi ulang ke dalam masing
– masing tabung reaksi yang sudah berisi media laktosa broth sebanyak 10 ml. Medium
LB digunakan karena medium ini berfungsi sebagai media untuk mendeteksi
kehadiran Coliform dalam air dan
dalam mempelajari fermentasi laktosa oleh bakteri pada umumnya. Pepton dan ekstrak
beef menyediakan nutrien esensial untuk memetabolisme bakteri. Laktosa
menyediakan sumber karbohidrat yang dapat difermentasi untuk organism Coliform. Pertumbuhan dengan pembentukan
gas adalah presumptive test untuk Coliform. Lactose broth dibuat dengan
komposisi 0,3% ekstrak beef; 0,5% pepton; dan 0,5% laktosa.
Kemudian
diinkubasi semua tabung pada suhu 370C selama 2x24 jam. Setelah 2x24
jam kemudian tabung durhamnya diamati terbentuknya gas(positif terdapat gas)
atau tidak pada tiap seri tabung (10 ml, 1 ml, dan 0,1 ml) dan tentukan nilai
MPNnya.
Pengamatan
terhadap air isi ulang menunjukkan hasil positif dalam uji dugaan coliform yang
ditandai dengan adanya gas dalam tabung durham oleh karena di dalam medium LB
terdapat mikroba pembentuk gas.
Menurut
Fardiaz (1992), gelembung udara yang dihasilkan pada tabung durham disebabkan
oleh adanya aktivitas yang respirasi mikroorganisme, sehingga dapat dilihat
hasil dari respirasi mikroorganisme tersebut berupa gelembung gas. Fungsi dari
tabung durham sendiri sebagai media untuk menampung gas akibat metabolisme
bakteri. Dan penyebab lain dari terbentuknya gas dalam tabung, diakibatkan
karena kontaminasi dari udara ketika proses isolasi dalam inkubator.
Berdasarkan
data yang diperoleh maka dapat dijelaskan, bahwa mikroba yang terbentuk dalam
tabung reaksi memerlukan oksigen untuk hidup, sehingga mikroba tersebut
tergolong ke dalam bakteri aerob, dan salah satu cara untuk mengenali adanya
mikroba dapat dilihat dari terbentuknya gas pada tabung yang menandakan tabung
bersifat positif.Banyaknya coliform dalam air isi ulang dapat disebabkan adanya
bakteri yang dapat memfermentasi laktosa dengan membentuk gas dalam waktu 48
jam dan pada suhu 350 C, seperti bakteri asam laktat dan beberapa
khamir tertentu (Fardiaz S., 1992). Masih tingginya angka organisme indikator
dalam air menunjukkan bahwa air tersebut telah terkontaminasi secara fecal.
Proses pemurnian air yang meliputi sedimentasi, filtrasi, dan klorinasi kurang
sempurna menyebabkan air terkontaminasi dengan bakteri (Lim., 1998). Tingginya
angka bakteri coliform ini kemungkinan disebabkan selain karena sejak awal air
tersebut telah mengandung bakteri coliform, adalah karena botol yang digunakan
untuk menampung air ini kurang steril sehingga air menjadi terkontaminasi.
Pada
tabung dengan volume 10 ml sebanyak 3 tabung menunjukkan hasil positif, pada
tabung dengan volume 1 ml sebanyak 1 tabung, dan pada tabung dengan volume 0,1
ml sebanyak 1 tabung. Berdasarkan pencocokan seri tabung yang positif
mengandung coliform dengan tabel MPN seri 3 tabung, didapatkan hasil bahwa
jumlah bakteri coliform pada air isi ulang per 100 ml adalah sebanyak 75 (75
MPN/100ml). Dari hasil ini dan dibandingkan dengan pustaka, maka air isi ulang
ini sudah tidak layak dikonsumsi lagi sebab mengandung coliform lebih dari 10
per 100 ml (Suriaman dan Juwita., 2008).Indeks MPN pada coliform sebesar 75 setelah dibandingkan dengan Permenkes
416 Tahun 1990 pada coloform
sebesar 50 tidak
memenuhi syarat yang ditetapkan, karena melebihi ketetapan yaitu sebesar 75.
Bakteri
non-coliform dalam metabolismenya juga memproduksi gas (Black, 1998) maka untuk
memastikan keberadaan bakteri Coliform dilakukanlah uji penetapan. Uji
penetapan dilakukan mulai dari senin, 9 Juni 2014. Uji penetapan ini dilakukan
dengan beberapa langkah, diantaranya dengan semua tabung reaksi yang positif
terdapat gas ditanam di media BGLB (Briliant Green Lactosa Broth) dan
diinkubasi 2X24 jam, 370C. Kemudian diamati hasil positif yang
tebentuk gas kemudian ditanam di media Endo Agar dengan teknik streak plate.
Tabung
yang menunjukan hasil positif pada uji penetapan ditumbuhkan pada media BGLB
(Briliant Green Lactosa Broth) yang merupakan media selektif karena kandungan
emepedunya akan meningkatkan pertumbuhan bakteri gram negatif Coliform, namun
kandungan hijau berliannya akan menghambat pertumbuhan bakteri gram positif
dengan jalan merusak dinding selnya.Pada hasil yang positif terbentuk gas
setelah ditanam di media Endo Agar, tabung dengan volume 10 ml sebanyak 3
tabung menunjukkan hasil positif adanya gas. Penggunaan medium Endo Agar yang
mengandung zat pewarna eosin dan metilen blue, pada bakteri gram positif
campuran zat warna ini akan semakin menghambat pertumbuhan sedangkan pada Eschericia
coli kedua zat warna ini akan terakumulasi pada koloninya dalam suasana
asam dan akan memberikan warna kehijauan mengkilat yang khas sebagai hasil
positif adanya bakteri E. coli
Cawan
petri yang berisi Endo agar disiapkan, kemudian ose yang akan digunakan
dicelupkan ke dalam alkohol lalu dibakar pada bunsen, lalu ditunggu beberapa
saat dan ose dicelupkan ke dalam sampel
dan diambil 1 ose lalu digoreskan ke dalam cawan petri yang telah berisi
Endo agar.
Hasil
yang positif terbentuk gas kemudian diinkubasi selama 2x24 jam pada suhu 370C.
Kemudian diamati koloni typical (merah tua atau hijau metalik). Dari hasil
pengamatan termasuk fecal tyipical karena berwarna hitam merah yang ada titik
hitamnya dan sedikit agak hijau. Fecal typical tersebut jasad mikroorganisme
yang baru terkena feses dan merupakan E.
Coli.
Setelah
dilakukan uji dugaan, maka dilanjutkan dengan uji konfirmasi untuk melihat
adanya bakteri E. coli dalam air isi
ulang. Dari hasil uji ini ada yang menunjukkan hasil positif dalam medium Endo
Agar yang ditandai dengan adanya koloni yang berwarna hitam merah yang ada
titik hitam dan sedikit hijau.
Uji
yang terakhir ialah uji pelengkap. Setelah mengetahui hasil dari biakan yang
ditanam pada endo agar, yaitu bakteri fecal maka langkah selanjutnya adalah
menanam kembali biakan tersebut pada LB
dengan suhu 44,5° C
dan NA miring, diinkubasi selama 1x24
jam. Ditanam pada LB bertujuan untuk mengetahui apakah benar positif mengandung
bakteri coliform dengan bukti adanya gelembung gas pada tabung durham yang artinya dalam sampel air tersebut
positif tercemar bakteri coli fekal. Sedangkan
untuk penanaman di NA miring untuk mengetahui bentuk, warna dan berspora atau
tidaknya dengan menggunakan cara pengecetan gram serta pengamatan dibawah
mikroskop.
Pada
uji pelengkap ini dilakukan pewarnaan gram untuk mengetahui bentuk dari bakteri
yang terdapat pada sampel. Prosedur pewarnaan gram yang dilakukan sama seperti
pewarnaan gram yang telah dilakukan sebelumnya. Adapun fungsi-fungsi penambahan
warna pada pewarnaan bakteri gram yaitu, pewarna Kristal ungu ditambahkan
sebagai pemberi warna awal, mordan ditambahkan untuk memperkuat ikatan pada
dinding sel sehingga warna yang dilihat dapat terlihat lebih jelas, aseton alkohol
ditambahkan sehingga pada bakteri gram negatif yang mengandung peptidoglikan.
Safranin ditambahkan untuk memberikan kompleks warna merah pada bakteri gram
negatif sehingga bakteri gram negatif menjadi berwarna merah sedangkan pada
bakteri gram positif pewarna safranin tidak berpengaruh sehingga bakteri gram
positif tetap berwarna ungu. Setelah dilakukan pewarnaan gram dan diamati pada
mikroskop, bakteri yang teramati yaitu bakteri berbentuk basil dan berwarna
merah muda sehingga dapat dikatakan terdapat bakteri E.Colli. Kemudian
diamati pada mikroskop lalu dilihat warna dan bentuk bakterinya. Dari hasil
pengamatan, jenis bakterinya adalah E.coli
yang berbentuk batang, gram negatif dan tidak ada spora. Hal tersebut
menandakan bahwa sampel air isi ulang tersebut tidak layak dikonsumsi.
VII. Kesimpulan
Dari hasil praktikum pemeriksaan air
pada air isi ulang dapat disimpulkan bahwa :
1. Jumlah
bakteri Coliform pada sampel air isi
ulang adalah 75/100 ml. Kualitas air pada sampel yang diuji
adalah tidak layak digunakan sebagai air minum sebab jumlah coliformnya sangat
banyak sehingga akan berbahaya bila diminum.
2.
Jenis bakteri yang
mencemari sampel air isi ulang adalah berasal dari bakteri coliform,terdapat
pencemaran akibat adanya bakteri Escherichia
coli dengan ciri – ciri berbentuk batang, gram negatif dan tidak berspora.
3 komentar:
daftar pustakanya mana?
daftar pustaka nya dong kakkk :)
Daftar pustakanya mana ya?
Posting Komentar